Rabu, 18 Mei 2016

Prostitusi Online dan Penyebab Timbulnya

Prostitusi Online dan Penyebab Timbulnya
Sejarah prostitusi online
Revolusi teknologi yang telah menciptakan komputer puluhan tahun silam dan kini
telah menjelma menjadi jaringan internet. Dunia maya atau telah menjadi dunia baru bagi
masyarakat modern saat ini, di samping hidup didunia nyata. Pada awal 1990an, internet
di Indonesia masih menjadi barang langka yang hanya dikonsumsi kalangan terbatas,
seperti dosen, peneliti atau pejabat pemerintah. Baru tahun 1994, perkembangan layanan
internet komersial dimulai dan publik pun dapat dengan mudah mengaksesnya.
Kini, mulai dari Balita sampai Lansia sudah berselancar didunia maya. Jika awalnya
mengakses di warnet-warnet atau dirumah melalui jaringan telepon, sekarang beberapa
tempat telah menyediakan Wifi, mulai dari perkantoran pemerintah, swasta, sekolah,
kampus, bandara, mall, café sampai dengan bis. Apabila merasa repot untuk mencari
Wifi, anda tinggal menggunakan modem atau lebih praktis lagi lewat Android, Ipad
bahkan cukup dengan HP.
Internet kini tidak lagi sekedar kebutuhan, tetapi juga telah menjadi gaya hidup
masyarakat. Namun sebagaimana produk teknologi lainnya, internet tidak hanya memiliki
sisi positif, seperti adanya Email, FB, E-Learning, E-Banking dan E-Goverment, dunia
maya juga berdampak negatif dengan berkembangnya cybercrime, termasuk dibidang
kesusilaan, seperti cyberporn, cyber prostitution, sex online dan cybersex.
Penyebab timbulnya prostitusi online
Faktor yang menyebabkan prostitusi online internet semakin marak terjadi dan terus
berkembang dari waktu ke waktu, Adapun 5 faktor penyebab terjadinya pelacuran, yakni:
1. Lemahnya tingkat keimanan seseorang terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Pada dasarnya, keimanan adalah landasan seseorang dalam menjalani kehidupan ini.
Tiap-tiap agama mempunyai aturan sendiri-sendiri mengenai perintah dan larangan
Tuhan Y.M.E. Tidak ada satu pun agama yang memperbolehkan pelacuran terjadi.
Dalam hidupnya, seseorang harus selalu berada pada jalur yang benar yakni jalur yang
sudah diatur dalam kitab suci agama. Dengan dilandasi keimanan yang baik,
diharapkan orang tersebut akan kuat menjalani arus tajam dalam kehidupan ini.
2. Kemiskinan, kemiskinan telah memaksa banyak keluarga untuk merencanakan
strategi penopang kehidupan mereka termasuk menjual moral untuk bekerja dan
 
  bekerja karena jeratan hutang, yaitu pekerjaan yang dilakukan seseorang guna
membayar hutang atau pinjaman;
Pada dasarnya, penyebab utama terjadinya pelacuran ialah keterpurukan kondisi
ekonomi Indonesia. Hal tersebut akan berdampak langsung pada penutupan banyak
pabrik dan rasionalisasi besar-besaran terhadap jumlah tenaga kerja. Akibatnya,
banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Selain itu, akibat kurang kondusifnya iklim
investasi terutama karena faktor keamanan, sedikit sekali lapangan kerja yang
tersedia. Peluang kerja yang ada tidak sebanding dengan jumlah orang yang mencari
pekerjaan. Keadaan ini membuat orang berupaya keras mencari pekerjaan hingga
kenegara lain. Disisi lain, dilihat dalam konteks keluarga, wanita dipandang sebagai
”pekerja alternatif” yang dapat menjamin kelangsungan hidup satu keluarga.
Fenomena pelacuran ini merupakan sektor perdagangan yang kini berkembang pesat.
Dimana ini juga ada yang dikendalikan oleh jaringan global yang tersusun serta
bersindikat, dengan menggunakan kelengkapan teknologi yang canggih serta
dilindungi oleh pihak-pihak yang tidak bertangunggung jawab.
3. Keinginan cepat kaya (materialistic), keinginan untuk memiliki materi dan standar
hidup yang lebih tinggi-memicu terjadinya pelacuran. Aktivitas haram ini sudah
menjamah lingkungan pendidikan. Pelajar SMP, SMA, Mahasiswa banyak pula yang
terjun dalam dunia ini. Motifnya, selain faktor kemiskinan juga adanya keinginan
untuk dapat segera memenuhi kebutuhan gaya hidup yang mewah.
4. Faktor budaya, faktor-faktor budaya berikut memberikan kontribusi terhadap
terjadinya pelacuran wanita, seperti: budaya cyberporn di internet dengan memasang
foto-foto porno tanpa ada rasa malu dari pihak yang bersangkutan dan secara terang-
terangan menawarkan dirinya dengan tarif dan harga yang dicantumkan dalam akun
tersebut dengan akses yang mudah karena banyaknya pengguna internet yang akan
dapat melihat produk yang ditawarkannya. Situs prostitusi online menjadi budaya
bisnis yang memberikan keuntungan lebih besar dibandingkan tempat prostitusi pada
umumnya seperti Gang Dolly di Surabaya, teknologi sangat tidak dibutuhkan sebagai
media promosi dalam hal prostitusi. Contohnya saja "Gang Dolly". Sebagai tempat
Prostitusi terbesar di "Asia Tenggara" seharusnya lebih menguntungkan dibanding
prostitusi di Internet yang jaringannya tidak besar. Namun bila dibandingkan tarif,
Prostitusi Online yang menang. Bila pada internet tarif berkisar antara Rp 500 ribu
hingga Rp 50 juta, di Gang Dolly paling murah hanyalah Rp 100 ribu.
5. Lemahnya penegakan hukum, pejabat penegak hukum dalam mengawasi
beredarnya cyberporn. Bahkan kegiatan prostitusi dan pornografi online internet
dianggap “bahaya laten” yang selalu ada dan berkembang walaupun terus diberantas.
Sebenarnya, kenyataan di masyarakat memang demikian. Akan tetapi hal ini kembali
lagi pada ketegasan aparat penegak hukum dalam memberikan “shock therapy” pada
pemuat situs porno.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar